Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Jumat, 26 Februari 2010

Seni teater, permaianan khas banjar dan Sasirangan Banjar


SENI TEATER
                Seni teater tradisional Kalimantan Selatan adalah seni teater yang merupakan bagian daari suatu upacara ritual yang lebh banyak ditujukan kepada yang gaib-gaib. Akan tetapi teater berfungsi pula sebagai sdni pertunjukan atau hiburan untuk rakyat.
                Seni teater Kalimantan Selatan tidak sepenuhnya Tradisional, ia juga disebut teater rakyat  :
A.      Teater Tutur
Teater tutur adalah yang dtuturkan oleh Seseorang, seperti bercerita, dimainkan, dan ditonton. Teater tutur ini dapat juga dikatakan sebagai Sastra Tradisional Yaitu :
Contoh  :
a.       Andi-Andi
Teater Andi-andi adlah seseorang bercerita tentang legenda, dongen dan lain sebagainya disaat orang gotong royang dan memanen padi Di Sawah.
Fungsinya untuk menghibur orang-orang yang lagi bekerja. Ceritanya dari syair-syair, tutur candi, dan dongengan. Jenis teater ini telah mulai tidak ada dijumpai lagi, karena si penutur sudah tidak ada lagi habis dimakan usia.

B.      Teater Non Tutur/Drama Rakyat Tradisional
Contoh  :
a.       Teater Japin Carita
Teater Japin Carita menceritakan tentang tingkah polah kehidupan masyarakat disekitarnya, tentang perkawinan, percintaan, kerajaan dan sebagainya. Sebelumnya terjadi bujuk-bujukan dengan stilisasi tari japin, tema ini lambat laun berubah menjadi tarian gembira oleh anaak muda.
Ada pula teater japin yang menceritakan pembela kebenaran, seperti dalam dongeng, yakni satria yang jujur, berani membela masyarakat. Teater ini tumbuh di Desa Sungai Miai, Kota Banjarmasin  tahun 1902.
b.      Teater Anak Delapan
Asal mula teater tradisi Anak Delapan adalah tarian berbaris-baris delapan orang anak raja-raja pada suatu pesta dalam bentuk tari dan nyanyi. Kemudian datang seorang raja yang mengandalkan keterampilan.
Pada kurun waktu tertentu tarian ini menjelma atau berubah menjadi suatu drama/teater tradisi yang ceritanya Istana Sentris mirip seperti teater Mamanda. Teater ini masih hidup di Kabupaten Kotabaru dan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.




 CONTOH PERMAINAN BANJAR

BATIWAH

Dalam permainan Batewah, sasaran yang dituju kayu kecil yang disusun menyerupai susunan untuk api unggun. Susunan kayu itu pun dilempari untuk menjatuhkannya. Dalam bermain tewah minimal ada 3 orang pemain, 1 pemain jaga/pasang dan 2 pemain sebagai penewah yang naik/bersembunyi. Sebanyak-banyaknya pemain dalam satu permainan tewah biasa ada 8 orang. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan.
Setelah lapangan permainan disiapkan maka pemain yang melempar berusaha untuk mengenai tumpukan kayu tadi, apabila kena maka pemain yang jaga menyusun kembali kayu sambil pemain yang lain bersembunyi. Pemain yang jaga setelah selesai menyusun kembali akan mencari pemain lainnya yang bersembunyi. Pemain yang pertama kali ditemukan biasanya akan menjadi giliran jaga berikutnya. Dalam permainan ini tidak diperlukan kalah dan menang, permainan akan berakhir bila pemainnya sudah merasa kelelahan.



BALOGO 


Balogo merupakan salah satu nama jenis permainan tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak sampai dengan remaja dan umumnya hanya dimainkan kaum pria.
Logo terbuat dari bahan tempurung kelapa dengan ukuran garis tengah sekitar 5-7 cm dan tebal antara 1-2 cm dan kebanyakan dibuat berlapis dua yang direkatkan dengan bahan aspal atau dempul supaya berat dan kuat. Bentuk alat logo ini bermacam-macam, ada yang berbentuk bidawang (bulus), biuku (penyu), segitiga, bentuk layang-layang, daun dan bundar. Selain dengan tempurung Logo juga sekarang bisa dibuat dengan plastik oli yang tidak terpakai.Yang biasanya plastik tersebut dipanggang dan dibentuk atau dilelehkan dan dicampurkan dengan baha-bahan plastik kuat seperti plastik bekas balsam.
Dalam permainnannya harus dibantu dengan sebuah alat yang disebut panapak atau kadang-kadang beberapa daerah ada yang menyebutnya dengan campa ,yakni stik atau alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2 cm. Fungsi panapak atau campa ini adalah untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo pihak lawan yang dipasang saat bermain.




Sasirangan
             Suku Banjar di Kalsel memiliki kain khas yang dipakai dengan nama Sasirangan. Kain ini umunya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada acara-acara adat suku Banjar dan sekarang juga dikalangan anak sekolah dan guru sebagai seragam.
             Kata sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali raffia dan selanjutnya dicelup, hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual.

1 komentar:

Risma mengatakan...

terimakasih atas artikelnya, cukup membantu tugas saya :-)

Posting Komentar